Candra Mandala
Di sebuah
desa yang jauh dari pusat pemerintahan,di sana hidup seorang gadis bernama
Candra. Ia adalah gadis yang sangat patuh pada orang Tuanya. Masa remajanya
terenggut, tidak pernah ada lagi senyum yang menggantung di wajahnya semenjak
ibunya sakit.
Percikan
air terjun pagi hari yang menyejukkan itu membasahi gadis-gadis yang mencuci di
air terjun itu. Terkadang ada pula satu dua remaja laki-laki tanggung yang
jahil mengapungkan sabut yang berisi surat. Satu dua surat itu menghampiri
Candra tiap kali ia mencuci. Tapi, baginya tidak ada waktu untuk memikirkan
hal-hal tak penting seperti itu. Hidupnya dipenuhi dengan kerja keras, demi
kesembuhan ibunya.
Pada suatu
hari, datanglah prajurit berkuda mengumumkan perintah dari Raja. Dan sialnya,
bukan pengumuman seperti di cerita Cinderella. Ini pengumuman tentang
mengirimkan seorang putra untuk mengikuti latihan senjata,dan dijadikan
prajurit.
“Candra, kau tahu mengapa Ayah memanggilmu?”
“Ayah, aku sudah selalu menuruti semua kata Ayah. Tapi
soal menyamar jadi laki-laki aku tak bisa.”
Sejenak Ayah Candra terdiam dan kemudian ia meneruskan perkataannya,”Sebenarnya
Ayah juga tak ingin kau melakukannya, Candra. Tapi, jika dari keluarga kita tak ada yang dikirim, keluarga kita akan
diusir dari sini, Candra.Kau tahukan apa itu artinya? Tidak akan ada kerajaan
yang menerima buangan dari kerajaan ini, kerajaan ini terlalu banyak
musuh,Candra. Dengan begitu, kita akan menjadi pengembara. Itu tak masalah
untukmu dan Ayah, tapi ibumu?”
Dengan
berat hati akhirnya Candra menerima perintah Ayahnya. Mulai hari itu, rambutnya
tak pernah terurai lagi. Dimasukkannya rambutnya itu dalam kain, dan tak ada
satupun di tempat pelatihan itu yang tahu kebenaran bahwa ia adalah perempuan.
Setiap
kali pelatihan itu dimulai, tiap kali pelatih itu mengajarkan sesuatu hal, di
waktu itu juga Candra ingat kata Ayahnya. Bahwa ia harus berlatih keras supaya
penyamarannya tak dicurigai,dengan itulah ia mau bekerja keras. Dan yang utama
baginya adalah ini semua untuk
kesembuhan ibunya, hanya ibunya.
Di sisi
lain,Pangeran kerajaan itu sedang dilanda sebuah pemikiran yang memberatkan.
Perasaanlah yang menuntunnya memikirkan hal itu, tiap kali ia melihat banyak
prajurit kerajaan itu yang gugur dan tiap air mata dari setiap ibu di sana. Ia
merasa paling lemah walau sebenarnya kedudukannya ada di atas. ‘rakyatku
berkorban banyak sekali, dan aku hanya bisa memikirkan ini. Tak bisa melakukan
apapun’ pemikiran itu datang membuatnya kian hari menjadi semakin resah.
Akhirnya,ia putuskan untuk membujuk Raja mengirimkannya untuk berlatih senjata.
Awalnya Raja menolak, tapi pada akhirnya ia meng-iakan keinginan Pageran itu
dengan satu sarat,bahwa ia harus menutupi identitasnya sebagai Pangeran, karena
terlalu berbahaya jika musuh tahu,Pangeran sedang berpergian tanpa membawa
prajurit.
Ditengah
latihan, tiap hari tiada hentinya ia menatap seseorang di sana. Antara kagum atau
apa ia tak tahu kebenarannya. Hingga suatu malam ketika seluruh orang tertidur
ia melihat orang yang dikaguminya itu berlatih di bawah purnama.
“Hei, bolehkah aku ikut berlatih,Tuan?”
Dengan wajah kuyunya orang itu meng-iakan tawaran Pangeran
itu. Tak disengaja, senjata Pangeran itu mengenai kain yang menggulung di atas
kepala lawannya. Angin yang yang berhembus mengibarkan rambut panjang orang itu
dan cahaya purnama memancarkan sinar di mata gadis itu. Sekejap Pangeran
terpana akan kecantikan gadis di hadapannya,tapi itu lain bagi gadis itu.
Berlututlah ia meminta janji dari Pangeran itu.
“Ku mohon, Tuan. Jangan beritahu siapapun soal
kebenaran ini! Ku mohon.”
Untuk apa Pangeran itu membiarkan orang tahu tentang
kebenaran ini. Dan sekarangpun kekagumannya pada orang dihadapannya itu sudah
ia mengerti, bahwa ia mulai jatuh hati kepadanya.
“Berdirilah, jangan seperti itu!Aku takan bilang pada
siapapun. Siapa namamu?”
“Namaku Candra ,Tuan.”
“Jangan panggil aku Tuan, itu terlalu tua Candra.
Panggil aku Mandala. Tersenyumlah!”
Tersenyumlah Candra untuk sekian lamanya di sana.
Mulai hari
itu,tiap malam Candra dan Mandala berlatih bersama. Dan ketika mereka sudah
lelah merekapun terduduk dan bercerita berdua.
“Kau tahu? Kau hebat Candra,tadi siangpun kau bisa
mengalahkan para senior. Apa rahasianya?”
“Emh.. ini semua untuk ibuku di sana.” Candra berkata
sambil melihat bulan muda di langit. Dan kemudian ia teruskan kata-katanya
itu,”Aku selalu melakukan apapun untuk orang yang aku cintai,walau aku harus
menderita itu tak masalah untukku,Mandala.”
“Memangnya ada apa dengan ibumu?”
“Ibuku sakit keras semenjak aku lahir,dan sekarang
tidak ada anak lain selain aku di rumah itu. Keputusan Raja itulah yang membuatku
sampai menyamar seperti ini,sebenarnya aku ingin menjadi wanita,tapi itu tak
penting sekarang ada orang yang ku cintai di.. rumah. Dan mengapa kau suka rela
mengikuti pelatihan ini,Mandala?”
“Alasanku sama denganmu Candra terlalu banyak orang
yang aku cintai di kerajaan ini, aku tak ingin mereka bersedih,Candra. Dan yang
paling aku cintai adalah...”
Kata-kata Mandala akhirnya terpendak di tengah jalan,ia
mungkin berani mengorbankan nyawanya untuk rakyatnya, tapi untuk mengungkapkan
perasaannya ia belum berani.
3 tahun
berlalu,kedekatan Candra dan Mandala menjadikan perasaan mereka semakin mendalam
di antara keduanya. Dimana ada Candra di sana selalu ada Mandala. Mereka bagai
bumi dan rembulan yang selalu megelilingi matahari bersama.
Datanglah
sebuah perang besar antara dua kerajaan yang membuat kerajaan tersebut
membutuhkan tambahan prajurit. Akhirnya,Candra dan Mandala diikutkan di
dalamnya. Musuh kerajaan itu berprajurit sangat kekar. Pertahanan mereka bahkan
tak tertembus dalam 3 hari,dan di sana Mandala yang sudah menderita beberapa
luka di tubuhnya itu tetap bertahan di dalamnya. Melihat Mandala yang
kesakitan, Candra tak tega. Akhirnya,pada hari ke-4 dengan keberaniaanya ia
menghadap pada panglima perang,mengusulkan startegi yang disusunnya. Awalnya
panglima itu menolak,tapi atas bantuan seorang Penasihat Raja, akhirnya
starteginya dipakai juga. Baru ½ hari perang itu berlangsung,pertahanan
musuhpun akhirnya tertembus. Pasukan musuh berhasil dibuat kocar-kacir dengan
startegi Candra. Kemenangan akhirnya berpihak di kerajaan itu. Kerajaan jadi
berutang budi dengan Candra, kerajaan itu akhirnya memberi janji pada Candra untuk
mengangkatnya menjadi panglima perang. Pengangkatan itu akan dilakukan
bersamaan dengan pengenalan Pangeran kerajaan itu dengan rakyat.
Di tengah
malam purnama,di sana terduduklah Candra dan Mandala. Kali ini bukan untuk berlatih,ada sesuatu hal yang
ingin Mandala bicarakan. Ini tentang perasaannya.
“Mandala,besuk aku akan diangkat sebagai panglima
perang bagaimana menurutmu?”
Tanpa menjawab pertanyaan Candra,Mandala meraih kain
yang membalut kepala Candra. Dan disisirnya rambut panjang itu dengan jarinya.
“Bagiku,kau tetaplah seorang gadis yang manis. Aku sangat senang ketika rambutkmu itu
terurai Candra.”
“Kau tahu Mandala? Aku bahkan terkadang aku lupa bahwa
aku seorang wanita.”
Di tatapnya gadis yang berkata dihadapannya itu,melihat
senyumnya itu sudah membuat rasa sakit pada tubuhnya itu hilang walau beberapa
saat.
“Candra ini masalah perasaanku selama 3 tahun terakhir
ini, sebenarnya sejak awal aku sudah mulai tetarik padamu,Candra.”
“Maksudmu?”
“Candra,aku mencintaimu.”
Pada malam itu Candra hanya terdiam sambil menatap
Mandala.
Datanglah
hari dimana pengangkatan dan pengenalan pangeran itu terlaksana. Di istana yang
megah itu berdirilah Candra di sana dan diterimanya pedang dan baju besi itu
sebagai pengangkatannya. Setelah itu, seorang Perdana Mentri
mengatakan,”Sambutlah pangeran kita yang kita nanti-nanti selama 18 tahun
disembunyikan identitasnya. Pangeran Mandala.”. Dalam hati Candra hanyalah
sebuah penyesalan,bukan karena kedudukan Mandala sebagai pangeran. Tapi,ia
sudah mencintai orang yang salah. Mencintai seorang bangsawan,itu hanyalah akan
menciptakan sebuah kehancuran. Bagaimanapun para bangsawan biasa menikah dengan
sesamanya sebagai jalan lain menyelesaikan masalah tanpa perang. Sejak saat
itulah Candra menjauhi Mandala.
Di suatu malam
yang sunyi,di malam purnama meninggi. Teringatlah keduanya akan sang jantung
hati,menatap rembulan sama halnya menatap masa lalu sendiri. Bahkan sekarang
keduanya takan pernah bersatu lagi,Mandala sudah akan menikah dengan putri
kerajaan lain untuk menghindari peperangan. Dalam penglihatan Candra,adahal
yang sebetulnya ingin ia ungkapkan kepada Mandala ‘Mandala,kau tahu? Sejak
mengenal dirimu,aku tahu apa itu arti bahagia dan hatiku selalu terisi penuh
karena kebahagian itu,terkadang aku lupa jika aku adalah seorang wanita,tapi
jika di sandingmu aku selalu merasa sebagai wanita. Di istana ini,hanya kau
yang menganggapku seorang wanita. Aku ingin masa-masa dulu kembali,aku tersiksa
dengan tiada dirimu di sisiku,Mandala’. Di waktu yang sama di sana Mandala juga
sedang menatap rembulan yang sama,merindukan Candra.
Hari
pernikahan Pangeran Mandala dan Putri Rengganis datang,sebelum pernikahan itu
Mandala menyempatkan menemui Candra di kamarnya. Candra sudahlah berbeda dari
yang dulu,ketika Mandala meminta bicara padanya, tertutuplah pintu itu dengan
begitu rapatnya. Dan Mandala hanya berkata,
“Candra,aku tahu kau mencintaiku walaupun kau tak
pernah ucapkan itu. Ingatkah kau bahwa kau pernah bekata padaku Candra? Bahwa
kau selalu melakukan apapun untuk orang yang kau cintai,kau menyerahkan
startegi perang itu karena kau tak ingin melihatku terluka semakin parah lagi,
ya kan? Tapi,asal kau tahu bahkan jika 100 pedang menusuk tubuhku,aku takan
pernah mengeluh kesakitan karenanya,Candra. Aku sudah lebih sakit jika kau
memalingkan dirimu dariku. Karena aku takan selamanya berpaling darimu
Candra,ini kata-kataku yang takan pernah ku tarik,hatiku hanya untukmu
seorang.”
Pernikahan
itu hanyalah menjadi sebuah olok-olok bagi Putri Rengganis. Beberapa hari
setelah kejadian itu,terangkatlah pedang para kesatria di medan pertempuran.
“Mandala,aku ingin bicara denganmu.” Pinta Candra pada
Mandala di suatu malam sebelum perang itu berlangsung. Hati Mandala yang
merindukan Candra itu mulailah sedikit terisi karnanya. Di tempat yang
sepi,mereka bicara 4 mata.
“Hal bodoh apa yang kau lakukan Mandala? Kau bisa mati
karena perbuatanmu,”maki Candra pada Mandala.
“Aku takan pernah takut mati,Candra. Aku hanya takut
jika kau pergi,anggap saja ini bukti kesungguhanku.”
“PLAK..,” tamparan itu menjatuhi di pipi Mandala.
Candra akhirnya pergi meninggalkan Mandala sendiri.
Tapi,asalkan Mandala tahu bahwa setelah Candra
menamparnya,Candra menangis sambil berkata,“Kau tak boleh mati Mandala. Kau
harus tetap terlihat hidup di mataku.”
Perang
akhirnya tak bisa dihindari juga,genderang itu akhirnya dipukul dengan begitu
kerasnya,angin berhembus membisikkan akan banyak pertumpahan darah di sini dan
akan ada tangis para orang tua yang kehilangan anaknya. Cinta egois Mandalalah
penyebabnya.
Startegi
itu dibuat Candra dengan akurat,ini dilakukannya untuk menghindari lebih tumpah
darah yang akan dikorbankan. Startegi itu akhirnya berhasil, kemenangan gemilang sepenuhnya ada di tangan
para prajuritnya. Rupanya ini hanyalah pengecoh,tujuan utamanya adalah Pangeran
Mandala sebagai pelaku penghinaan.
Di ambil
olehnya kuda itu dan dipacunya dengan cepat,semoga belum terlambat. Masuklah
Candra ke gerbang istana,dan dilihatnya pemanah yang sedang menatapkan anak
panahnya ke arah Mandala. Akhirnya,satu anak panah itu tertancap hampir di dada
kiri Candra. Terjatuhlah Candra di pangkuan Mandala.
“Candra, mengapa kau lakukan ini?”
“Semestinya memang seperti ini,nah yah seperti ini.
Candra(rembulan)dan Mandala(bumi) bolehlah jatuh hati. Tapi Mandala,jangan pernah
kau satukan keduanya,Mandala. Jika bersatu,kerusakan seperti inilah yang
terjadi.”
“Ini tak adil,Candra. Ini tak adil.”
“Semuanya berjalan dengan adil Mandala,dahulu aku
samalah ada di sisi gelap bumi sama-sama tak kau kenal. Dan mulailah aku dikenal
dirimu,sekarang aku menyebrang lagi ke sisi gelap itu,dan walaupun kau tak bisa
menatapku selamanya aku akan mengawasimu. Jika suatu saat kau merasa sendiri
tanpa kehadiranku,janganlah bersedih dengan apa yang terjadi. Karena pada
hakikatnya aku selalu ada di sampingmu. Aku..aku mencintaimu,Mandala.”
Sekejab pandangan Candra pada Mandala hilang. Hal yang selalu membuat Candra tetap bertahan hidup
walau tanpa dunia mengenal kebenarannya adalah Mandala. Baginya,nyawa Mandala
adalah sangat penting baginya. Karena walaupun Candra tetap hidup,dan Mandala
mati hidup Candra akanlah sama seperti dulu tetap menyedihkannya seperti masa
lalu. Senyum Mandala adalah segalanya untuk Candra.
Kisah ini
bukanlah hanya bercerita tentang kisah cinta, cerita ini mengajarkakn bahwa
terkadang orang yang sedang jatuh cinta buta akan kebenaran dan terlihat lebih
egois untuk memiliki seseorang yang dicintainya.
Dan satu lagi,cerita ini hanyalah fiktif belaka. ho..ho.. seperti sinetron. :D
Parakan,15 Maret 2015
yang baca tinggalin komentar dong, nanti aku ikuti blognya.Makasih. :)
BalasHapus