Kamis, 14 Mei 2015

kisah-kisah

Candra Mandala
        Di sebuah desa yang jauh dari pusat pemerintahan,di sana hidup seorang gadis bernama Candra. Ia adalah gadis yang sangat patuh pada orang Tuanya. Masa remajanya terenggut, tidak pernah ada lagi senyum yang menggantung di wajahnya semenjak ibunya sakit.
        Percikan air terjun pagi hari yang menyejukkan itu membasahi gadis-gadis yang mencuci di air terjun itu. Terkadang ada pula satu dua remaja laki-laki tanggung yang jahil mengapungkan sabut yang berisi surat. Satu dua surat itu menghampiri Candra tiap kali ia mencuci. Tapi, baginya tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal tak penting seperti itu. Hidupnya dipenuhi dengan kerja keras, demi kesembuhan ibunya.
        Pada suatu hari, datanglah prajurit berkuda mengumumkan perintah dari Raja. Dan sialnya, bukan pengumuman seperti di cerita Cinderella. Ini pengumuman tentang mengirimkan seorang putra untuk mengikuti latihan senjata,dan dijadikan prajurit.
“Candra, kau tahu mengapa Ayah memanggilmu?”
“Ayah, aku sudah selalu menuruti semua kata Ayah. Tapi soal menyamar jadi laki-laki aku tak bisa.”
Sejenak Ayah Candra terdiam dan kemudian ia meneruskan perkataannya,”Sebenarnya Ayah juga tak ingin kau melakukannya, Candra. Tapi, jika dari keluarga  kita tak ada yang dikirim, keluarga kita akan diusir dari sini, Candra.Kau tahukan apa itu artinya? Tidak akan ada kerajaan yang menerima buangan dari kerajaan ini, kerajaan ini terlalu banyak musuh,Candra. Dengan begitu, kita akan menjadi pengembara. Itu tak masalah untukmu dan Ayah, tapi ibumu?”
        Dengan berat hati akhirnya Candra menerima perintah Ayahnya. Mulai hari itu, rambutnya tak pernah terurai lagi. Dimasukkannya rambutnya itu dalam kain, dan tak ada satupun di tempat pelatihan itu yang tahu kebenaran bahwa ia adalah perempuan.
        Setiap kali pelatihan itu dimulai, tiap kali pelatih itu mengajarkan sesuatu hal, di waktu itu juga Candra ingat kata Ayahnya. Bahwa ia harus berlatih keras supaya penyamarannya tak dicurigai,dengan itulah ia mau bekerja keras. Dan yang utama baginya adalah  ini semua untuk kesembuhan ibunya, hanya ibunya.
        Di sisi lain,Pangeran kerajaan itu sedang dilanda sebuah pemikiran yang memberatkan. Perasaanlah yang menuntunnya memikirkan hal itu, tiap kali ia melihat banyak prajurit kerajaan itu yang gugur dan tiap air mata dari setiap ibu di sana. Ia merasa paling lemah walau sebenarnya kedudukannya ada di atas. ‘rakyatku berkorban banyak sekali, dan aku hanya bisa memikirkan ini. Tak bisa melakukan apapun’ pemikiran itu datang membuatnya kian hari menjadi semakin resah. Akhirnya,ia putuskan untuk membujuk Raja mengirimkannya untuk berlatih senjata. Awalnya Raja menolak, tapi pada akhirnya ia meng-iakan keinginan Pageran itu dengan satu sarat,bahwa ia harus menutupi identitasnya sebagai Pangeran, karena terlalu berbahaya jika musuh tahu,Pangeran sedang berpergian tanpa membawa prajurit.
        Ditengah latihan, tiap hari tiada hentinya ia menatap seseorang di sana. Antara kagum atau apa ia tak tahu kebenarannya. Hingga suatu malam ketika seluruh orang tertidur ia melihat orang yang dikaguminya itu berlatih di bawah purnama.
“Hei, bolehkah aku ikut berlatih,Tuan?”
Dengan wajah kuyunya orang itu meng-iakan tawaran Pangeran itu. Tak disengaja, senjata Pangeran itu mengenai kain yang menggulung di atas kepala lawannya. Angin yang yang berhembus mengibarkan rambut panjang orang itu dan cahaya purnama memancarkan sinar di mata gadis itu. Sekejap Pangeran terpana akan kecantikan gadis di hadapannya,tapi itu lain bagi gadis itu. Berlututlah ia meminta janji dari Pangeran itu.
“Ku mohon, Tuan. Jangan beritahu siapapun soal kebenaran ini! Ku mohon.”
Untuk apa Pangeran itu membiarkan orang tahu tentang kebenaran ini. Dan sekarangpun kekagumannya pada orang dihadapannya itu sudah ia mengerti, bahwa ia mulai jatuh hati kepadanya.
“Berdirilah, jangan seperti itu!Aku takan bilang pada siapapun. Siapa namamu?”
“Namaku Candra ,Tuan.”
“Jangan panggil aku Tuan, itu terlalu tua Candra. Panggil aku Mandala. Tersenyumlah!”
Tersenyumlah Candra untuk sekian lamanya di sana.
        Mulai hari itu,tiap malam Candra dan Mandala berlatih bersama. Dan ketika mereka sudah lelah merekapun terduduk dan bercerita berdua.
“Kau tahu? Kau hebat Candra,tadi siangpun kau bisa mengalahkan para senior. Apa rahasianya?”
“Emh.. ini semua untuk ibuku di sana.” Candra berkata sambil melihat bulan muda di langit. Dan kemudian ia teruskan kata-katanya itu,”Aku selalu melakukan apapun untuk orang yang aku cintai,walau aku harus menderita itu tak masalah untukku,Mandala.”
“Memangnya ada apa dengan ibumu?”
“Ibuku sakit keras semenjak aku lahir,dan sekarang tidak ada anak lain selain aku di rumah itu. Keputusan Raja itulah yang membuatku sampai menyamar seperti ini,sebenarnya aku ingin menjadi wanita,tapi itu tak penting sekarang ada orang yang ku cintai di.. rumah. Dan mengapa kau suka rela mengikuti pelatihan ini,Mandala?”
“Alasanku sama denganmu Candra terlalu banyak orang yang aku cintai di kerajaan ini, aku tak ingin mereka bersedih,Candra. Dan yang paling aku cintai adalah...”
Kata-kata Mandala akhirnya terpendak di tengah jalan,ia mungkin berani mengorbankan nyawanya untuk rakyatnya, tapi untuk mengungkapkan perasaannya ia belum berani.
        3 tahun berlalu,kedekatan Candra dan Mandala menjadikan perasaan mereka semakin mendalam di antara keduanya. Dimana ada Candra di sana selalu ada Mandala. Mereka bagai bumi dan rembulan yang selalu megelilingi matahari bersama.
        Datanglah sebuah perang besar antara dua kerajaan yang membuat kerajaan tersebut membutuhkan tambahan prajurit. Akhirnya,Candra dan Mandala diikutkan di dalamnya. Musuh kerajaan itu berprajurit sangat kekar. Pertahanan mereka bahkan tak tertembus dalam 3 hari,dan di sana Mandala yang sudah menderita beberapa luka di tubuhnya itu tetap bertahan di dalamnya. Melihat Mandala yang kesakitan, Candra tak tega. Akhirnya,pada hari ke-4 dengan keberaniaanya ia menghadap pada panglima perang,mengusulkan startegi yang disusunnya. Awalnya panglima itu menolak,tapi atas bantuan seorang Penasihat Raja, akhirnya starteginya dipakai juga. Baru ½ hari perang itu berlangsung,pertahanan musuhpun akhirnya tertembus. Pasukan musuh berhasil dibuat kocar-kacir dengan startegi Candra. Kemenangan akhirnya berpihak di kerajaan itu. Kerajaan jadi berutang budi dengan Candra, kerajaan itu akhirnya memberi janji pada Candra untuk mengangkatnya menjadi panglima perang. Pengangkatan itu akan dilakukan bersamaan dengan pengenalan Pangeran kerajaan itu dengan rakyat.
        Di tengah malam purnama,di sana terduduklah Candra dan Mandala. Kali  ini bukan untuk berlatih,ada sesuatu hal yang ingin Mandala bicarakan. Ini tentang perasaannya.
“Mandala,besuk aku akan diangkat sebagai panglima perang bagaimana menurutmu?”
Tanpa menjawab pertanyaan Candra,Mandala meraih kain yang membalut kepala Candra. Dan disisirnya rambut panjang itu dengan jarinya.
“Bagiku,kau tetaplah seorang gadis yang manis.  Aku sangat senang ketika rambutkmu itu terurai Candra.”
“Kau tahu Mandala? Aku bahkan terkadang aku lupa bahwa aku seorang wanita.”
Di tatapnya gadis yang berkata dihadapannya itu,melihat senyumnya itu sudah membuat rasa sakit pada tubuhnya itu hilang walau beberapa saat.
“Candra ini masalah perasaanku selama 3 tahun terakhir ini, sebenarnya sejak awal aku sudah mulai tetarik padamu,Candra.”
“Maksudmu?”
“Candra,aku mencintaimu.”
Pada malam itu Candra hanya terdiam sambil menatap Mandala.
        Datanglah hari dimana pengangkatan dan pengenalan pangeran itu terlaksana. Di istana yang megah itu berdirilah Candra di sana dan diterimanya pedang dan baju besi itu sebagai pengangkatannya. Setelah itu, seorang Perdana Mentri mengatakan,”Sambutlah pangeran kita yang kita nanti-nanti selama 18 tahun disembunyikan identitasnya. Pangeran Mandala.”. Dalam hati Candra hanyalah sebuah penyesalan,bukan karena kedudukan Mandala sebagai pangeran. Tapi,ia sudah mencintai orang yang salah. Mencintai seorang bangsawan,itu hanyalah akan menciptakan sebuah kehancuran. Bagaimanapun para bangsawan biasa menikah dengan sesamanya sebagai jalan lain menyelesaikan masalah tanpa perang. Sejak saat itulah Candra menjauhi Mandala.
        Di suatu malam yang sunyi,di malam purnama meninggi. Teringatlah keduanya akan sang jantung hati,menatap rembulan sama halnya menatap masa lalu sendiri. Bahkan sekarang keduanya takan pernah bersatu lagi,Mandala sudah akan menikah dengan putri kerajaan lain untuk menghindari peperangan. Dalam penglihatan Candra,adahal yang sebetulnya ingin ia ungkapkan kepada Mandala ‘Mandala,kau tahu? Sejak mengenal dirimu,aku tahu apa itu arti bahagia dan hatiku selalu terisi penuh karena kebahagian itu,terkadang aku lupa jika aku adalah seorang wanita,tapi jika di sandingmu aku selalu merasa sebagai wanita. Di istana ini,hanya kau yang menganggapku seorang wanita. Aku ingin masa-masa dulu kembali,aku tersiksa dengan tiada dirimu di sisiku,Mandala’. Di waktu yang sama di sana Mandala juga sedang menatap rembulan yang sama,merindukan Candra.
        Hari pernikahan Pangeran Mandala dan Putri Rengganis datang,sebelum pernikahan itu Mandala menyempatkan menemui Candra di kamarnya. Candra sudahlah berbeda dari yang dulu,ketika Mandala meminta bicara padanya, tertutuplah pintu itu dengan begitu rapatnya. Dan Mandala hanya berkata,
“Candra,aku tahu kau mencintaiku walaupun kau tak pernah ucapkan itu. Ingatkah kau bahwa kau pernah bekata padaku Candra? Bahwa kau selalu melakukan apapun untuk orang yang kau cintai,kau menyerahkan startegi perang itu karena kau tak ingin melihatku terluka semakin parah lagi, ya kan? Tapi,asal kau tahu bahkan jika 100 pedang menusuk tubuhku,aku takan pernah mengeluh kesakitan karenanya,Candra. Aku sudah lebih sakit jika kau memalingkan dirimu dariku. Karena aku takan selamanya berpaling darimu Candra,ini kata-kataku yang takan pernah ku tarik,hatiku hanya untukmu seorang.”
        Pernikahan itu hanyalah menjadi sebuah olok-olok bagi Putri Rengganis. Beberapa hari setelah kejadian itu,terangkatlah pedang para kesatria di medan pertempuran.
“Mandala,aku ingin bicara denganmu.” Pinta Candra pada Mandala di suatu malam sebelum perang itu berlangsung. Hati Mandala yang merindukan Candra itu mulailah sedikit terisi karnanya. Di tempat yang sepi,mereka bicara 4 mata.
“Hal bodoh apa yang kau lakukan Mandala? Kau bisa mati karena perbuatanmu,”maki Candra pada Mandala.
“Aku takan pernah takut mati,Candra. Aku hanya takut jika kau pergi,anggap saja ini bukti kesungguhanku.”
“PLAK..,” tamparan itu menjatuhi di pipi Mandala. Candra akhirnya pergi meninggalkan Mandala sendiri.
Tapi,asalkan Mandala tahu bahwa setelah Candra menamparnya,Candra menangis sambil berkata,“Kau tak boleh mati Mandala. Kau harus tetap terlihat hidup di mataku.”
        Perang akhirnya tak bisa dihindari juga,genderang itu akhirnya dipukul dengan begitu kerasnya,angin berhembus membisikkan akan banyak pertumpahan darah di sini dan akan ada tangis para orang tua yang kehilangan anaknya. Cinta egois Mandalalah penyebabnya.
        Startegi itu dibuat Candra dengan akurat,ini dilakukannya untuk menghindari lebih tumpah darah yang akan dikorbankan. Startegi itu akhirnya berhasil,   kemenangan gemilang sepenuhnya ada di tangan para prajuritnya. Rupanya ini hanyalah pengecoh,tujuan utamanya adalah Pangeran Mandala sebagai pelaku penghinaan.
        Di ambil olehnya kuda itu dan dipacunya dengan cepat,semoga belum terlambat. Masuklah Candra ke gerbang istana,dan dilihatnya pemanah yang sedang menatapkan anak panahnya ke arah Mandala. Akhirnya,satu anak panah itu tertancap hampir di dada kiri Candra. Terjatuhlah Candra di pangkuan Mandala.
“Candra, mengapa kau lakukan ini?”
“Semestinya memang seperti ini,nah yah seperti ini. Candra(rembulan)dan Mandala(bumi) bolehlah jatuh hati. Tapi Mandala,jangan pernah kau satukan keduanya,Mandala. Jika bersatu,kerusakan seperti inilah yang terjadi.”
“Ini tak adil,Candra. Ini tak adil.”
“Semuanya berjalan dengan adil Mandala,dahulu aku samalah ada di sisi gelap bumi sama-sama tak kau kenal. Dan mulailah aku dikenal dirimu,sekarang aku menyebrang lagi ke sisi gelap itu,dan walaupun kau tak bisa menatapku selamanya aku akan mengawasimu. Jika suatu saat kau merasa sendiri tanpa kehadiranku,janganlah bersedih dengan apa yang terjadi. Karena pada hakikatnya aku selalu ada di sampingmu. Aku..aku mencintaimu,Mandala.”
Sekejab pandangan Candra pada Mandala hilang. Hal yang selalu membuat Candra tetap bertahan hidup walau tanpa dunia mengenal kebenarannya adalah Mandala. Baginya,nyawa Mandala adalah sangat penting baginya. Karena walaupun Candra tetap hidup,dan Mandala mati hidup Candra akanlah sama seperti dulu tetap menyedihkannya seperti masa lalu. Senyum Mandala adalah segalanya untuk Candra.
        Kisah ini bukanlah hanya bercerita tentang kisah cinta, cerita ini mengajarkakn bahwa terkadang orang yang sedang jatuh cinta buta akan kebenaran dan terlihat lebih egois untuk memiliki seseorang yang dicintainya.

Dan satu lagi,cerita ini hanyalah fiktif belaka. ho..ho.. seperti sinetron. :D



Parakan,15 Maret 2015